Tuberkulosis adalah
penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi juga
mengenai organ tubuh lainnya.
Cara
Penularan
Sumber penularan TB
adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan
kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet
nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan 3000 percikan dahak. Umumnya
penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang
lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari
langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam
dalam keadaan yang gelap dan lembab.
Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan
dahak, semakin menular. Faktor yang memungkinkan seorang terpapar kuman TB
ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut.
Gejala
Klinis Pasien Tuberkulosis
Gejala utama pasien
Tuberkulosis (TB) paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk
darah, badan lemas, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang
lebih dari 1 (satu) bulan. Gejala tersebut di atas dapat di jumpai pula pada
penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker
paru. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap
orang yang datang ke UPK (Unit Pelayanan Kesehatan) dengan gejala tersebut di
atas, dianggap sebagai pengidap/suspek TB dan perlu di lakukan pemeriksaan
dahak secara mikroskopis langsung.
1. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
Pemeriksaan dahak
berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan
menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk menegakkan diagnosis
dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari
kunjungan yang berurutan beberapa sewaktu-pagi-sewaktu (SPS).
- S (Sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat
suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa
sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
- P (Pagi): dahak dikumpulkan di rumah
pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan
sendiri kepada petugas di UPK.
- S (Sewaktu): dahak dikumpulkan di UPK
pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
2. Pemeriksaan Biakan
Peran biakan dan
identifikasi M. tuberculosis pada penanggulangan TB khususnya untuk mengetahui
apakah pasien yang bersangkutan masih peka terhadap OAT yang digunakan. Selama fasilitas memungkinkan, biakan dan identifikasi
kuman serta bila dibutuhkan tes resistensi dapat dimanfaatkan dalam beberapa
situasi:
- Pasien TB yang masuk dalam tipe penderita kronis.
- Pasien TB ekstra paru dan penderita TB anak.
- Petugas kesehatan yang menangani penderita dengan
kekebalan ganda.
3. Pemeriksaan Tes Resistensi
Tes resistensi tersebut
hanya bisa dilakukan di laboratorium yang mampu melaksanakan biakan,
identifikasi kuman serta tes resistensi sesuai standar internasional, dan telah
mendapatkan pemantapan mutu (quality
assurance) oleh laboratorium supranasional TB. Hal ini bertujuan agar hasil
pemeriksaan tersebut memberikan simpulan yang benar sehingga kemungkinan
kesalahan dalam pengobatan MDR (Multi Drug Resistance) dapat dicegah.
Diagnosis
Tuberkulosis
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen
dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu-pagi-sewaktu (SPS). Diagnosis TB paru
pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Penemuan BTA
melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama pada program TB
nasional. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan, dan uji kepekaaan dapat
digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Dalam mendiagnosis TB, tidak dibenarkan hanya berdasarkan
pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang
khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.
Gambaran kelainan radiologik paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada alur prosedur diagnostik untuk suspek
TB paru.
Indikasi
Pemeriksaan Foto Toraks
Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun
pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan
indikasi sebagai berikut:
- Hanya satu dari tiga (3) spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus
ini pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru
BTA positif.
- Ketiga
(3) spesimen dahak hasilnya negatif setelah tiga (3) spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT.
- Pasien
tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan
penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa, efusi
perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis berat (untuk menyingkirkan bronkietasis atau
aspergiloma).
Klasifikasi
Penyakit dan Tipe Pasien
1.
Klasifikasi
Berdasarkan Organ tubuh yang Terkena
Dibagi menjadi dua yaitu:
- Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan parenkim paru, tidak termasuk pleura dan kelenjar pada hilus.
- Tuberkulosis Ekstra Paru adalah tuberkulosis yang
menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput
jantung, kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, alat kelamin
dan lain-lain.
2.
Klasifikasi
Berdasrkan Hasil Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
Berdasarkan klasifikasi ini TB
paru dibagi menjadi dua yaitu:
-
Tuberkulosis BTA positif
a. sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS
hasilnya BTA positif,
b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto
toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis,
c. 1 dari spesimen dahak hasilnya BTA positif dan
biakan kuman TB positif,
d. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah
3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak
ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
-
Tuberkulosis paru BTA negatif
Khusus bagi penderita yang
tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif . Kriteria diagnositik TB paru
BTA negatif harus meliputi:
a.
paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
negatif
b.
foto toraks abnormal menunjukkan gambaran
tuberkulosis
c.
tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika
non OAT
d.
ditentukan oleh dokter untuk di beri pengobatan
3.
Klasifikasi
Berdasarkan Tingkat keparahan Penyakit
Berdasarkan tingkat keparahan
penyakit, maka TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi menjadi berat dan
ringan, dikatakan berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran
kerusakan paru yang luas dan keadaan umum pasien buruk.
4.
Klasifikasi
Berdasarkan Riwayat Pengobatan Sebelumnya
Klasifikasi berdasarkan riwayat
pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa tipe pasien, yaitu:
- Baru, adalah pasien yang belum
pernah di obati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan
(4 minggu).
- Kambuh (relaps), adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, di
diagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
- Pengobatan
setelah putus berobat (default)
adalah pasien yang telah beobat dan putus berobat dua (2) bulan atau lebih
dengan BTA positif.
- Gagal (failure), adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap
positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima (5) atau lebih selama
pengobatan.
- Pindahan (transfer In), adalah pasien yang di pindahkan dari UPK yang
memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
- Lain-lain, adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan di
atas, dalam kelompok ini termsauk kasus kronik yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.
Pengobatan Tuberkulosis
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan
pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan
mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
- OAT
harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup
dan dosis tepat dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal.
Pemakaian OAT kombinasi dosis tetap lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
- Untuk
menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung oleh
seorang Pengawas Menelan Obat (PMO)
- Pengobatan
TB diberikan dalam dua (2) tahap, yaitu tahap awal dan lanjutan.
Tahap awal (intesif)
adalah tahap pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung
untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intesif
tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular
dalam kurun waktu minggu. Sebagian besar
pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif dalam dua (2) bulan.
Tahap lanjutan adalah saat pasien mendapat jenis obat
lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama, tahap lanjutan penting
untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.