Sabtu, 12 Januari 2013

Mengenal Tuberkulosis atau biasa disebut TB



Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi juga mengenai organ tubuh lainnya.




Cara Penularan
Sumber penularan TB adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, semakin menular. Faktor yang memungkinkan seorang terpapar kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.


Gejala Klinis Pasien Tuberkulosis
Gejala utama pasien Tuberkulosis (TB) paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, badan lemas, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari 1 (satu) bulan. Gejala tersebut di atas dapat di jumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK (Unit Pelayanan Kesehatan) dengan gejala tersebut di atas, dianggap sebagai pengidap/suspek TB dan perlu di lakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.


1. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk menegakkan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan beberapa sewaktu-pagi-sewaktu (SPS).
-     S (Sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
-    P (Pagi): dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
-     S (Sewaktu): dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.

2. Pemeriksaan Biakan
Peran biakan dan identifikasi M. tuberculosis pada penanggulangan TB khususnya untuk mengetahui apakah pasien yang bersangkutan masih peka terhadap OAT yang digunakan. Selama fasilitas memungkinkan, biakan dan identifikasi kuman serta bila dibutuhkan tes resistensi dapat dimanfaatkan dalam beberapa situasi:
  1. Pasien TB yang masuk dalam tipe penderita kronis.
  2. Pasien TB ekstra paru dan penderita TB anak.
  3. Petugas kesehatan yang menangani penderita dengan kekebalan ganda.

3. Pemeriksaan Tes Resistensi
Tes resistensi tersebut hanya bisa dilakukan di laboratorium yang mampu melaksanakan biakan, identifikasi kuman serta tes resistensi sesuai standar internasional, dan telah mendapatkan pemantapan mutu (quality assurance) oleh laboratorium supranasional TB. Hal ini bertujuan agar hasil pemeriksaan tersebut memberikan simpulan yang benar sehingga kemungkinan kesalahan dalam pengobatan MDR  (Multi Drug Resistance) dapat dicegah.

Diagnosis Tuberkulosis
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu-pagi-sewaktu (SPS). Diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama pada program TB nasional. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan, dan uji kepekaaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Dalam mendiagnosis TB, tidak dibenarkan hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.



Indikasi Pemeriksaan Foto Toraks
Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi sebagai berikut:
-     Hanya satu dari tiga (3) spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA positif.
-    Ketiga (3) spesimen dahak hasilnya negatif setelah tiga (3) spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
-      Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa, efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis berat (untuk menyingkirkan bronkietasis atau aspergiloma).

Klasifikasi Penyakit dan Tipe Pasien
 

1.    Klasifikasi Berdasarkan Organ tubuh yang Terkena
Dibagi menjadi dua yaitu:
-   Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan parenkim paru, tidak termasuk pleura dan kelenjar pada hilus.
-  Tuberkulosis Ekstra Paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung, kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, alat kelamin dan lain-lain.

2.    Klasifikasi Berdasrkan Hasil Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
Berdasarkan klasifikasi ini TB paru dibagi menjadi dua yaitu:
-     Tuberkulosis BTA positif
a.      sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif,
b.    1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis,
c.      1 dari spesimen dahak hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif,
d.  1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
-     Tuberkulosis paru BTA negatif
Khusus bagi penderita yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif . Kriteria diagnositik TB paru BTA negatif  harus meliputi:
a.       paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
b.      foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis
c.       tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
d.      ditentukan oleh dokter untuk di beri pengobatan

3.    Klasifikasi Berdasarkan Tingkat keparahan Penyakit
Berdasarkan tingkat keparahan penyakit, maka TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi menjadi berat dan ringan, dikatakan berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas dan keadaan umum pasien buruk.

4.    Klasifikasi Berdasarkan Riwayat Pengobatan Sebelumnya
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa tipe pasien, yaitu:
-  Baru, adalah pasien yang belum pernah di obati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
-  Kambuh (relaps), adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, di diagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
-   Pengobatan setelah putus berobat (default) adalah pasien yang telah beobat dan putus berobat dua (2) bulan atau lebih dengan BTA positif.
-  Gagal (failure), adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima (5) atau lebih selama pengobatan.
-    Pindahan (transfer In), adalah pasien yang di pindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
-   Lain-lain, adalah  semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan di atas, dalam kelompok ini termsauk kasus kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.


Pengobatan Tuberkulosis
  Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
-     OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal. Pemakaian OAT kombinasi dosis tetap lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
-   Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO)
-     Pengobatan TB diberikan dalam dua (2) tahap, yaitu tahap awal dan lanjutan.
Tahap awal (intesif) adalah tahap pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intesif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu  minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif dalam dua (2) bulan.
Tahap lanjutan adalah saat pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama, tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.


 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar