Senin, 01 Juli 2013

Sesak Dada / Dispepsia / Heart Burn pada Kehamilan

Dispepsia pada kehamilan umumnya dikarenakan reflux / naiknya asam lambung ke daerah kerongkongan (oesophagus). Hal ini dapat menyebabkan mual dan gejala lainnya. Memperhatikan diet dan gaya hidup dapat membantu untuk meredakan gejala. Antasida yang umum digunakan dapat mencegah dispepsia.
Dispepsia adalah kondisi yang terjadi pada saluran pencernaan bagian atas, dengan gejala sebagai berikut :
1. Heart burn. Perasaan terbakar / panas yang naik dari perut bagian atas atau dada bagian bawah ke arah leher (ini adalah istilah yang membingungkan karena tidak ada hubungannya dengan jantung - heart).
2. Nyeri perut bagian atas / sesak dada.
3. Merasa sakit perut, mual, dan muntah-muntah.
4. Perut terasa kembung.
5. Cepat merasa “penuh” saat makan.


Penjelasan singkat bagaimana terjadinya dispepsia :
Ketika kita makan, makanan melewati kerongkongan (oesophagus) masuk ke dalam perut. Sel-sel pada lapisan perut memproduksi asam dan bahan kimia lainnya yang membantu untuk mencerna makanan.
Sel-sel lambung juga membuat lendir yang melindungi mereka dari kerusakan yang disebabkan oleh produksi asam itu sendiri. Kerja sel-sel yang melapisi kerongkongan berbeda dengan sel-sel lambung dan memiliki sedikit perlindungan dari asam.
Ada sekumpulan otot yang melingkar (sphincter) di persimpangan antara kerongkongan dan lambung. Sekumpulan otot inilah yang mengatur makanan untuk turun dan menghindari asam lambung naik ke kerongkongan (reflux).


Apa yang menyebabkan naiknya asam lambung selama kehamilan?
Asam lambung biasanya dapat naik sampai ke daerah kerongkongan, namun apabila asam lambung yang naik jumlahnya berlebihan dapat menyebabkan gejala dispepsia.
Sphincter yang terletak di dasar kerongkongan yang mengatur keluar masuknya asam lambung. Pada saat anda hamil, kerja dari sphincter kurang efektif dikarenakan hormon yang seharusnya dipakai kerja sphincter berkurang. Ukuran bayi di perut juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan pada lambung sehingga asam lambung cenderung naik ke kerongkongan. Kedua hal tersebut yang biasanya mempengaruhi terjadinya dispepsia / sesak dada selama kehamilan.

Untuk mencegah terjadinya dispepsia pada kehamilan dengan menjaga pola makan dan menghindari makanan dan minuman yang dapat meningkatkan asam lambung antara lain peppermint, tomat, coklat, makanan berlemak dan pedas, jus buah, minuman panas, kopi, dan minuman beralkohol. Selain itu, hindari makan dalam porsi besar secara langsung, sebaiknya makan dalam porsi kecil tapi sering. Berhentilah merokok bila anda seorang perokok, bahan kimia yang terdapat dari rokok dapat mengendurkan otot sphincter sehingga dapat menyebabkan terjadinya reflux asam lambung. 
Jika gejala sering kambuh setiap tidur malam, sebaiknya biarkan perut kosong / jangan makan 2 jam sebelum tidur. Dengan menyangga kepala anda menggunakan bantal setinggi 10-15cm  akan membantu gravitasi untuk menjaga asam lambung tidak naik ke kerongkongan.

Apabila dengan cara-cara tersebut diatas, dispepsia masih saja terjadi pada anda yang sedang hamil, anda dapat mengkonsumsi antasida (hindari antasida yang mengandung sodium bicarbonate atau magnesium trisilicate). Selain antasida, alginat juga dapat digunakan untuk mencegah dispepsia. Alginat biasanya digabungkan dengan antasida. Alginat membantu melindungi kerongkongan dari asam lambung, membentuk pelindung ketika asam lambung meningkat sehingga mencegah masuk ke kerongkongan. 
Beberapa obat penekan asam lambung lain juga dapat digunakan apabila kedua jenis obat tersebut masih kurang mempan untuk mengatasi dispepsia yang anda alami. Untuk penekan asam lambung lainnya dapat anda konsultasikan ke dokter kandungan anda karena beberapa jenis penekan antasida memiliki tingkatan yang berbeda-beda dalam mempengaruhi perkembangan janin.


Kamis, 17 Januari 2013

Cara Menentukan Jenis Kelamin Calon Bayi



Apabila jenis kelamin calon bayi menjadi hal yang penting bagi Anda pasangan yang baru menikah atau bagi keluarga Anda, coba metode untuk merencanakan bayi perempuan atau lelaki.
Ternyata merencanakan jenis kelamin bayi selalu menjadi topik populer para orang tua sejak zaman dahulu. Berbagai cara pun dilakukan untuk mendapatkan anak sesuai dengan keinginan. Karena kebutuhan itu, teori-teori, metode, maupun mitos tentang perencanaan jenis kelamin ini berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Seperti apa perencanaan itu? Dr. Lastiko Bramantyo, Sp.OG dan Dr. Dicky Moch. Rizal, M.Kes., Sp.And. kepala laboratorium andrologi di klinik Infertilitas Permata Hati Yogyakarta mengulasnya untuk Anda.

Metode Alami
1.      Metode Pengaturan Masa Pembuahan
Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa sperma pembawa kromosom Y (pembawa sel kelamin laki-laki) bergerak lebih cepat namun juga cepat mati dibandingkan sperma X (pembawa sel kelamin perempuan). Untuk menghasilkan kehamilan, kromosom pembawa sel kelamin itu harus bertemu sel telur yang matang sehingga terjadi pembuahan. Berdasarkan pengetahuan tersebut, dilakukanlah metode perencanaan jenis kelamin berdasarkan sifat sperma dan waktu pembuahan.
Menurut Dr. Lastiko Bramantyo, jika hubungan seksual dilakukan pada masa subur, dimana sel telur sudah matang, kemungkinan bayi yang akan lahir adalah bayi laki-laki. Sedangkan jika hubungan seksual terjadi di luar masa subur, maka kromosom X akan bertahan hingga sel telur matang dan terjadi pembuahan. Maka jika hubungan seksual dilakukan di luar masa subur maka anak yang akan dilahirkan kemungkinan besar perempuan.
Kendala utama metode ini adalah terjadi kesalahan perhitungan masa subur. Metode ini juga tidak cocok untuk calon ibu yang tidak memiliki siklus haid secara teratur.
Cara menghitung masa subur :
*  Tandai kalender hari pertama haid Anda setiap bulan.
* Jika haid Anda rutin, maka masa subur adalah sekitar 14 hari setelah hari haid pertama
*  Anda bisa memperkirakan masa subur dengan ciri-ciri diantaranya peningkatan suhu tubuh, mengentalnya lendir vagina, atau dengan memakai alat pendeteksi kesuburan yang bisa dibeli di apotek.

2.      Pernah mendengar tentang tiger diet? Diet ini mengharuskan pasangan suami istri banyak mengkonsumsi daging merah untuk meningkatkan jumlah kromosom Y (anak laki-laki). Sedangkan untuk mendapatkan anak perempuan, diet yang perlu dilakukan adalah diet vegetarian. Menurut dugaan, pasangan yang banyak makan sayur kebanyakan memiliki anak perempuan. Namun Dr. Lastiko tidak bisa menjamin teori ini benar karena katanya, “Banyak juga kan pasangan vegetarian yang memiliki anak lelaki?”
Pengaruh diet :
*    Diet makanan menurut teori akan mempengaruhi pH tubuh. Sifat asam atau basa tubuh akan mempengaruhi kondisi saluran vagina dan kondisi sel telur. Kondisi inilah yang nantinya menentukan sperma dengan kromosom Y atau X yang bisa membuahi sel telur.

3.      Astrologi
Inilah bukti bahwa pencarian jenis kelamin tertentu sudah menjadi isu dari masa lampau. Metode yang terkenal adalah metode kalender China. Kalender ini dipercaya 99% akurat untuk dipakai menentukan jenis kelamin bayi. Kalender ini ditemukan terkubur dalam sebuah makam di sebuah pemakaman Beijing 700 tahun lalu. Sekarang, kalender ini disimpan di Institute of Science di Beijing.
Umur versus Bulan konsepsi :
*  Perhatikan gambar dibawah ini. Temukan kolom usia (age), ini adalah usia Anda saat melahirkan dan bulan saat konsepsi atau pembuahan terjadi. Lihat di dalam tabel, apakah anak perempuan (F) atau laki-laki (M) yang akan Anda lahirkan nantinya. (Source gambar : webwomb.com/chinesechart.htm)


4.      Posisi Seks
Jika ingin memiliki anak perempuan, posisi hubungan seks yang tepat adalah posisi berdiri. Dengan posisi ini penetrasi penis tidak bisa terlalu dalam sehingga hanya sperma X saja yang bisa mencapai sel telur matang sementara sperma Y yang tidak bisa bertahan hidup lebih lama daripada sperma X, akan mati.
Sebaliknya, jika ingin memiliki anak laki-laki, penis harus sangat dalam sehingga sperma Y bisa langsung mendekati sel telur dan membuahinya. Dengan penetrasi yang sangat dalam itu juga akan mengantarkan sprema Y melewati suasana saluran vagina yang asam sehingga sperma bisa bertahan hidup.

5.      Metode Asam Basa
Metode asam basa diperkenalkan setelah penelitian mengenai sifat sperma semakin maju. Para ahli kemudian mengetahui bahwa sperma Y bisa bertahan di lingkungan bersifat asam sedangkan sperma X hidup di lingkungan basa. Maka, jika ingin memiliki anak laki-laki, dianjurkan untuk membasuh vagina dengan cairan asam cuka sebelum berhubungan seks. Sementara jika ingin anak perempuan, basuh vagina dengan larutan asam borat atau sodium bikarbonat sebelum berhubungan.
Larutan Berkhasiat :
*  Formula larutan asam atau basa ini bisa Anda buat sendiri di rumah.
o   Ramuan larutan asam: larutkan dua sendok asam cuka dengan satu liter air, basuh vagina untuk membuat suasananya menjadi asam.
o   Ramuan larutan basa: larutkan dua sendok sodium bikarbonat ke dalam satu liter air. Basuh vagina sebelum berhubungan seksual. Meski metode ini bisa Anda coba dan Anda kombinasikan dengan metode lain, Dr. Lastiko mengatakan bahwa, “Metode ini belum terbukti tingkat keberhasilannya. Karena dari riset kecil yang saya lakukan, dari 100 pasien yang mencoba tidak satu pun yang menyatakan ini berhasil.”

Metode Invasif
1.      Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan adalah proses pembuahan dengan cara melalui alat khusus yang menyuntikkan sperma pilihan langsung ke sel telur yang sudah matang. Inseminasi buatan ini harus didahului dengan proses pemilahan sperma X dan Y oleh ahli andrologi.
“Sperma X dan Y memiliki sifat berbeda karena itu dapat dipisahkan dengan cara yang sederhana. Setelah dipisahkan, dilakukan inseminasi sperma pilihan X atau Y itu ke rahim ibu,”  jelas Dr. Dicky Moch. Rizal.
Pemisahan dilakukan dengan cara mengamati kecepatan berenang sperma dan ukuran fisik sperma. Teknik pemisahan swim up (meneliti kecepatan renang sperma) dapat memperoleh sperma Y dan teknik preparasi gradien (pemilahan sperma berdasarkan bentuk) untuk mendapatkan sperma X. “Ketepatan metode ini 50-70%,” kata Dr. Dicky.
 Mencari yang Sehat:
*    Analisa sperma sangatlah diperlukan untuk kesuksesan metode inseminasi buatan ini. Sekali ejakulasi, seorang pria bisa mengeluarkan sebanyak 20-120 juta sperma atau kira-kira 5 ml cairan sperma. Sperma-sperma itu tidak semuanya normal dan sehat. Sperma yang jutaan itu ada yang mati, loyo, atau bentuknya abnormal. Sperma yang tidak berkualitas  baik itu tidak bisa dipilih untuk proses inseminasi lanjutan. Jadi, androlog akan menguji sperma. Hanya yang terbaiklah yang akan disuntikkan.

2.      Preimplantation Genetic Diagnose (PGD)
Jika ingin kepastian 100% jenis kelamin pilihan yang didapat, Dr. Dicky menyarankan untuk program bayi tabung. Program ini memakai metode FISH (Fluorescence In Situ Hybridization) untuk memisahkan sperma X dan Y. metode penyaringan ini juga dapat memastikan sperma yang sehat dan tidak sehat. Setelah ditemukan sperma yang dibutuhkan, langkah berikutnya ialah Preimplantation Genetic Diagnose (PGD).
PGD diawali dengan tindakan pembuahan sperma yang sehat di luar rahim (in vitro fertilization). Setelah pembuahan, dokter akan menyeleksi bakal embrio untuk ditanamkan di dalam rahim. Karena proses seleksi berlapis itu hanya embrio yang benar-benar unggulan lah yang akan ditanam di dalam rahim. Jadi, jenis kelamin dan kesehatan calon bayi bisa didapat dengan ketepatan maksimal.
Metode PGD ini juga lebih diutamakan untuk pasangan yang memiliki kecenderungan kelainan genetik tertentu yang terkait dengan jenis kelamin. Misalnya memiliki keturunan Thallasemia yang dominan dialami anak laki-laki, sehingga sebaiknya sperma Y tidak dipilih.
Pendampingan Mental:
*  Perlukah pendampingan mental untuk calon orang tua yang berniat melakukan perencanaan jenis kelamin? Menurut Dr. Dicky, pendampingan mental perlu untuk mengatasi masalah psikologis jika keinginan yang sudah direncanakan tidak berjalan semestinya. Dokter memang akan berusaha semaksimal mungkin namun segala kemungkinan bisa terjadi, termasuk kegagalan metode. “Memang sikap mental yang baik harus disiapkan agar kekecewaan tidak menjadi stres atau depresi,” kata Dr. Dicky. Jadi, apapun metodenya, kesiapan mental adalah yang utama harus Anda lakukan. Siapkah Anda menerimanya?

Sabtu, 12 Januari 2013

Mengenal Tuberkulosis atau biasa disebut TB



Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi juga mengenai organ tubuh lainnya.




Cara Penularan
Sumber penularan TB adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, semakin menular. Faktor yang memungkinkan seorang terpapar kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.


Gejala Klinis Pasien Tuberkulosis
Gejala utama pasien Tuberkulosis (TB) paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, badan lemas, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari 1 (satu) bulan. Gejala tersebut di atas dapat di jumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK (Unit Pelayanan Kesehatan) dengan gejala tersebut di atas, dianggap sebagai pengidap/suspek TB dan perlu di lakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.


1. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk menegakkan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan beberapa sewaktu-pagi-sewaktu (SPS).
-     S (Sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
-    P (Pagi): dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
-     S (Sewaktu): dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.

2. Pemeriksaan Biakan
Peran biakan dan identifikasi M. tuberculosis pada penanggulangan TB khususnya untuk mengetahui apakah pasien yang bersangkutan masih peka terhadap OAT yang digunakan. Selama fasilitas memungkinkan, biakan dan identifikasi kuman serta bila dibutuhkan tes resistensi dapat dimanfaatkan dalam beberapa situasi:
  1. Pasien TB yang masuk dalam tipe penderita kronis.
  2. Pasien TB ekstra paru dan penderita TB anak.
  3. Petugas kesehatan yang menangani penderita dengan kekebalan ganda.

3. Pemeriksaan Tes Resistensi
Tes resistensi tersebut hanya bisa dilakukan di laboratorium yang mampu melaksanakan biakan, identifikasi kuman serta tes resistensi sesuai standar internasional, dan telah mendapatkan pemantapan mutu (quality assurance) oleh laboratorium supranasional TB. Hal ini bertujuan agar hasil pemeriksaan tersebut memberikan simpulan yang benar sehingga kemungkinan kesalahan dalam pengobatan MDR  (Multi Drug Resistance) dapat dicegah.

Diagnosis Tuberkulosis
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu-pagi-sewaktu (SPS). Diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama pada program TB nasional. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan, dan uji kepekaaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Dalam mendiagnosis TB, tidak dibenarkan hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.



Indikasi Pemeriksaan Foto Toraks
Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi sebagai berikut:
-     Hanya satu dari tiga (3) spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA positif.
-    Ketiga (3) spesimen dahak hasilnya negatif setelah tiga (3) spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
-      Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa, efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis berat (untuk menyingkirkan bronkietasis atau aspergiloma).

Klasifikasi Penyakit dan Tipe Pasien
 

1.    Klasifikasi Berdasarkan Organ tubuh yang Terkena
Dibagi menjadi dua yaitu:
-   Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan parenkim paru, tidak termasuk pleura dan kelenjar pada hilus.
-  Tuberkulosis Ekstra Paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung, kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, alat kelamin dan lain-lain.

2.    Klasifikasi Berdasrkan Hasil Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
Berdasarkan klasifikasi ini TB paru dibagi menjadi dua yaitu:
-     Tuberkulosis BTA positif
a.      sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif,
b.    1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis,
c.      1 dari spesimen dahak hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif,
d.  1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
-     Tuberkulosis paru BTA negatif
Khusus bagi penderita yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif . Kriteria diagnositik TB paru BTA negatif  harus meliputi:
a.       paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
b.      foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis
c.       tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
d.      ditentukan oleh dokter untuk di beri pengobatan

3.    Klasifikasi Berdasarkan Tingkat keparahan Penyakit
Berdasarkan tingkat keparahan penyakit, maka TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi menjadi berat dan ringan, dikatakan berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas dan keadaan umum pasien buruk.

4.    Klasifikasi Berdasarkan Riwayat Pengobatan Sebelumnya
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa tipe pasien, yaitu:
-  Baru, adalah pasien yang belum pernah di obati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
-  Kambuh (relaps), adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, di diagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
-   Pengobatan setelah putus berobat (default) adalah pasien yang telah beobat dan putus berobat dua (2) bulan atau lebih dengan BTA positif.
-  Gagal (failure), adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima (5) atau lebih selama pengobatan.
-    Pindahan (transfer In), adalah pasien yang di pindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
-   Lain-lain, adalah  semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan di atas, dalam kelompok ini termsauk kasus kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.


Pengobatan Tuberkulosis
  Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
-     OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal. Pemakaian OAT kombinasi dosis tetap lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
-   Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO)
-     Pengobatan TB diberikan dalam dua (2) tahap, yaitu tahap awal dan lanjutan.
Tahap awal (intesif) adalah tahap pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intesif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu  minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif dalam dua (2) bulan.
Tahap lanjutan adalah saat pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama, tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.