KOMUNIKASI AGRESIF, PASIF dan ASERTIF
Berdasarkan sifat dasar manusia
terdapat beberapa kebiasaan manysia ketika berhadapan dengan orang lain.
Kebiasaan-kebiasaan tersebut akan terlihat jelas ketika mereka melakukan
pembicaraan dan tindakan terhadap orang lain. Dari pembicaraan dan tindakan
tersebut akan dapat diketahui jenis kebiasaan mana yang sedang diperani oleh
orang tersebut yang dalam hal komunikasi tentu akan memudahkan kita mengikuti gaya komunikasi lawan
bicara yang pada akhirnya akan meningkatkan efektivitas komunikasi itu sendiri.
Ada tiga
kebiasaan manusia yang dimaksud, yaitu:agresif, pasif, dan asertif.Ada 3 bentuk
komunikasi:
1.
Komunikasi Agresif
Adalah komunikasi dimana kebutuhan, keinginan dan
hasrat atau kekhawatiran, seseorang yang dibebankan kepada orang lain.
2.
Komunikasi Pasif
Adalah komunikasi dimana keinginan, kebutuhan, dan hasrat atau
kekhawatiran seseorang tidak diungkapkan secara eksplisit.
3.
Komunikasi Asertif
Adalah komuikasi antara dua orang dimana keduanya dapat mengungkapkan
kebutuhan, keinginan, dan hasrat atau kekhawatiran mereka, dan terdapat
kesempatan bagi keduanya untuk saling mendengar dan memberikan respon secara
tidak defensive.
Pesan asertif adalah pesan yang terbuka yang membantu atau
meningkatkan komunikasi yang efektif, penuh pemahaman dan kedekatan.
Ciri-ciri dari 3
bentuk komunikasi diatas:
1.
Komunikasi Agresif
Ciri-cirinya:
·
Superior
dan percaya diri berlebihan, ingin kemauan dan pendapatnya diikuti
·
Memaksa orang untuk melakukan
hal-hal yang tidak dilakukan
·
Keras dan bermusuhan, menyerang
secara fisik atau verbal
·
Interupsi, intimidasi, berperan
sebagai pengatur, kurang kontrol emosi
·
Ingin menang dengan segala cara
2.
Komunikasi Pasif
Ciri-cirinya:
·
Interior dan tidak percaya
diri, menghindari konflik
·
Mengikuti
tuntutan dan kemauan orang lain, mengutamakan orang lain
·
Tidak
mampu mempertahankan hak dan pribadinya, selalu mengedepankan orang lain
·
Cepat
merasa bersalah, minta maaf berlebihan, memendam perasaan, tidak bisa ambil
keputusan
3.
Komunikasi Asertif
Ciri-cirinya:
·
Percaya diri
·
Terbuka dan jujur terhadap
pendapat diri dan orang lain, berfikir positif
·
Mendengarkan
pendapat pribadi tanpa mengorbankan perasaan orang lain
·
Mencari
solusi bersama dan keputusan, mengatasi konflik
·
Menghargai
diri sendiri dan orang lain, menyatakan perasaan pribadi, jujur tetapi
hati-hati
·
Mempertahankan hak
Bahasa Tubuh
Tiga
bentuk komunikasi diatas menunjukkan bahasa tubuh yang berbeda-beda yang dapat
dilihat pada table dibawah ini:
Bahasa tubuh untuk tiga jenis komunikasi
Asertif
|
Agresif
|
Pasif
|
|
Postur
|
Tegak
lurus
|
Condong
kedepan
|
Agak
mundur
|
Head
|
Santai,
tidak kaku
|
Mendongak
keatas
|
Menunduk
|
Eye
|
Langsung,
tidak melototi, biasa/santai
|
Melototi
seolah-olah mengamuk
|
Tidak
berani menatap
|
Face
|
Ekspresi sesuai kata-kata yang keluar
|
Tegas
|
Tersenyum
meski kesal
|
Voice
|
Sesuai
dengan kontak
|
Keras
|
Ragu/lembut
|
Arms/Hands
|
Santai,
bergerak bebas
|
Terkontrol,
menunjuk ke suatu obyek, terkepal keras
|
Diam
|
Movement/walking
|
Terukur,
sesuai tindakan
|
Lambat & keras atau cepat, bebas, keras
|
Lambat & ragu-ragu/cepat tapi terkesan
terburu-buru
|
Mengapa sikap
asertif diperlukan?
Pesan-pesan agresif dan pasif
keduanya merugikan, terkaadng tidak hanya merugikan percakapan tetapi
seringkali juga merugikan relasi. Komunikasi pasif membiarkan pengirim atau
penerima pesan dengan pikiran-pikiran atau perasaan yang masih memerlukan
ungkapan ini sering menimbulkan kebencian atau keyakinan bahwa seseorang telah
salah mengerti atau bahwa apa yang dikatakan tidak ada akibatnya pada orang
lain.
Perilaku agresif mempunyai efek merugikan yang langsung dan jelas
terlihat pada korbannya, sehingga terkadang tidak teramatioleh si aggressor dan
cenderung menimbulkan reaksi “fight atau flight” (melawan atau melarikan diri).
Kepasifan yang lama sering menjurus keledakan agresif jika terjadi
rangsangan yang “tepat” dan pada saat tersebut tidak lagi ada waktu untuk
diskusi dan mediasi.
Perilaku asertif diperlikan jika dilihat dari dua sudut pandang,
yaitu:
- sikap asertif menunjukkan komunikasi yang terbuka, dewasa, dan langsung yang memungkinkan orang lain untuk melihat dan mengetahui perasaan seseorang serta meningkatklan harga diri.
- Merupakan cara yang tidak terlalu mahal untuk menciptakan hubungan antar pribadi yang efektif daripada perilaku pasif dan agresif.
Tujuan utama dari sikap asertif
Terdapat tiga tingkatan
dimana sikap asertif ini terjadi, yaitu teknik-teknik sikap asertif, pola
respon asertif dan pola hidup asertif. Awalnya seseorang belajar dan berlatih
teknik-teknik asertif, seperti: membuat permintaan, mengatakan tidak, menerima
pujian, dan mengungkapkan kekhawatiran akan menjadi lebih mudah, sehingga orang
akan lebih menghargai dirinya dan interaksi akan menungkat. Selanjutnya akan
menjurus kepola respon asertif, dimana sikap asertif menjadi lebih terasa wajar
dab ditandai oleh ungkapan-ungkapan verbal da non verbal yang terbuka. Pada
tingkat akhir seseorang dapat mengembangkan pola hidup asertif yang meliputi
kesadaran intra dan interpersonal.
Bila pelatihan sikap asertif telah
dialkukan dengan mengikuti tiga tingkatan tersebut diatas, maka tercapailah tujuan
utama dari sikap asertif, yaitu:
1.
Kemudahan dalam hubungan
interpersonal
2.
Keselarasan pikiran, perasaan
dan perilaku
3.
kemauan menerima tanggung jawab
serta akibat dari tindakan tersebut
Unsur-unsur asertif
Secara garis besar asertif dapat
dibagi menjadi dua unsur yaitu verbal dan non verbal. Sebuah komunikasi harus
mengandung kedua unsur ini.
1.
Unsur non verbal
Unsur-unsur non verbal dari prilaku meliputi :
Kekerasan suara
Nada yang asertif harus keras dan tegas
sehingga terdengar dengan jelas tetapi tidak boleh terlalu pelan maupun keras
sehingga memakakan telinga.
Contoh : apoteker dalam menberikan
informasi tentang penggunaan obat pada pasien harus dengan nada bicara yang
dapat didengar oleh pasien.
Kelancaran
Kelancaran bicara orang asretif adalah
kecepatan bisara yang sedang dan tidak terputus-putus.tidak terlalu banyak
menggunakan penggantian kata-kata “pengisi” seperti “uh”, “er”, “huh”, “anda
tahu”, “seperti”. Sehingga cenderung terlihat sebagai orang yang ragu-ragu.
Sedangkan orang yang berbicara terlalu cepat dianggap sebagai orang yang
terlalu membebani.
Contoh : apoteker dalam memberikan
informasi kepada pasien harus dengan intonasi yang baik, lancar, tidak terlalu
cepat, tidak gagap, tidak lambat dan tidak menggunakan banyak kata pengisi.
Kontak mata
Kontak mata asertif baerarti bahwa
seseorang mampu memandang wajah penerima secara terus menerus tetapi tanpa
intensitas tertentu yang membuat penerima merasa ditantang
Contoh : ketika memberikan informasi,
apoteker harus menatap pasien agar pasien dapat menangkap informasi yang
diberikan dengan jelas dan pasien dapat memberikan umpan balik komunikasi.
Ungkapan wajah
Seseorang dalam berkomunikasi selalu
disertai ungkapan wajah (ekspresi) dimana dalam berkomunikasi asertif harus
mampu menyelaraskan kata-kata dengan dengan irama serta ungkapan wajah.
Contoh : bila marah janganlah tersenyum,
bila merasa senang tersenyumlah, bila tidak mengerti kerutkan dahi.
Ungkapan tubuh
Orang yang asertif dalam ungkapan
tubuhnya akan tampak santai tetapi tidak membungkuk, berdiri tegak tanpa
menjadi kaku dan menggunakan tangan serta bahu untuk menekankan pembicaraan
mereka tanpa menjadi terlalu maksa atau kasar.
Contoh : seorang asisten apoteker dalam
melayani pasien harus tampak santai dan menghormati pasien, tidak
bermalas-malasan atau menunjukan sikap kaku dan kasar.
Jarak
Orang yang asertif akan berdiri cukup
dekat sehingga tidak banyak yang akan lewat diantara mereka dan penerima mereka
(lawan bicara) tetapi tidak terlalu dekat sehingga memecahkan “gelembung”
mereka. Istilah “gelembung” menurut Sommer (1969) telah ditetapkan untuk batas
tidak kasat mata yang digunakan seseorang untuk melindungi dirinya dari intrusi
orang lain.
Contoh : seorang apoteker akan berada
cukup dekat kepada pasiennya ketika memberikan informasi. Tidak terlalu jauh
karena pasien akan merasa direndahkan dan pasien terkadang jadi kurang paham
dengan penjelasan apotekernya, dan tidak terlalu dekat karena akan membuat
pasien merasa kurang nyaman.
2.
Unsur verbal
5 unsur verbal dari pernyataan yang asertif,
yaitu :
·
Mengatakan tidak
Sebuah aspek penting dari menggatakan
tidak secara asertif adalah penolakan dipahami dan dipercaya. Tujuannya adalah
mengatakan tidak dengan tegas dan tanpa kompromi sementara tetap mengakui hak
orang lain untuk meminta. Mengatakan tidak secara asertif berarti seseorang
dapat menolak sebuah permintaan dan memberi alasan dari penolakannya sambil
menunjukan bahwa orang lain tersebut telah didengarkan.
Contoh : seorang AA yang ingin menolak
permintaan teman kerjanya untuk menukar jam kerja, dia berkata “Saya mengerti
bahwa kamu benar-benar ingin menukar jam kerja dengan saya, tetapi saya tidak
dapat melakukannya pada hari rabu, kerena saya sudah mempunyai rencana lain”.
·
Menunjukan sikap
Unsur asertif ini merupakan respon
terhadap suatu situasi, dimana kuncinya adalah kejelasan dari posisi seseorang,
penghargaan diri dengan mana posisi tersebut dinyatakan dan pemahaman tentang
posisi orang lain.
Contoh : seorang apoteker tidak setuju
dengan keinginan pasien untuk membeli setengah resep antibiotika, dia berkata
“saya mengerti sekali keadaan bapak, tetapi saya tidak setuju kalau bapak hanya
menebus setengah resep obat tersebut”.
·
Meminta pertolongan
Ketika meminta pertolongan, bersikap
asertif berarti menyatakan masalah dengan jelas dan membuat permintaan yang
khusus. Permintaan harus berakhir dengan persetujuan atau dengan pemahaman
mengapa tidak dapat atau tidak disetujui. Jangan mengakhiri pembicaraan sebelum
titik ini dicapai.
Contoh : seorang pasien tidak boleh malu
untuk bertanya cara pakai obat kepada apoteker sampai dia mengerti cara pakai
obat tersebut.
·
Mengajukan hak
Unsur ini intinya hampir sama dengan
unsur permintaan pertolongan, yaitu menyatakan masalah, membuat permintaan
khusus untuk perbaikan atau perubahan dan bertahan sampai seseorang
mengkomunikasikan sebuah hal dengan efektif.
Contoh : seorang pasien berhak
memperoleh penjelasan bagaiman cara mengkonsumsi obat yang dibelinya tersebut
secara benar.
·
Ungkapan perasaan
Orang mungkin tidak mengetauhi perasaan
orang lain kecuali jika perasan itu diungkapkan dengan kata-kata. Ungkapan
perasaan dari sikap asertif adalah mengungkapkan emosi seperti marah dan kasih
sayang.
Contoh
: jika seorang pasien berterima kasih kepada apoteker karena telah dilayani
dengan baik, maka apoteker membalas ucapan tersebut dengan asertif yaitu dengan
berkata “terima kasih kembali Bu, semoga lekas sembuh”.
Kesimpulan
Cara berkomunikasi yang baik tidak hanya
dipengaruhi keberhasilan kita berinteraksi dengan orang lain, tetapi lebih jauh
lagi, mampu berkomunikasi dengan baik menjadikan kita terampil dalam mengambil
keputusan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar