Rabu, 12 Desember 2012

Komunikasi dan Konseling part 7



KOMUNIKASI AGRESIF, PASIF dan ASERTIF 

            Berdasarkan sifat dasar manusia terdapat beberapa kebiasaan manysia ketika berhadapan dengan orang lain. Kebiasaan-kebiasaan tersebut akan terlihat jelas ketika mereka melakukan pembicaraan dan tindakan terhadap orang lain. Dari pembicaraan dan tindakan tersebut akan dapat diketahui jenis kebiasaan mana yang sedang diperani oleh orang tersebut yang dalam hal komunikasi tentu akan memudahkan kita mengikuti gaya komunikasi lawan bicara yang pada akhirnya akan meningkatkan efektivitas komunikasi itu sendiri. Ada tiga kebiasaan manusia yang dimaksud, yaitu:agresif, pasif, dan asertif.Ada 3 bentuk komunikasi:
1.      Komunikasi Agresif
Adalah komunikasi dimana kebutuhan, keinginan dan hasrat atau kekhawatiran, seseorang yang dibebankan kepada orang lain.
2.      Komunikasi Pasif
Adalah komunikasi dimana keinginan, kebutuhan, dan hasrat atau kekhawatiran seseorang tidak diungkapkan secara eksplisit.
3.      Komunikasi Asertif
Adalah komuikasi antara dua orang dimana keduanya dapat mengungkapkan kebutuhan, keinginan, dan hasrat atau kekhawatiran mereka, dan terdapat kesempatan bagi keduanya untuk saling mendengar dan memberikan respon secara tidak defensive.

Pesan asertif adalah pesan yang terbuka yang membantu atau meningkatkan komunikasi yang efektif, penuh pemahaman dan kedekatan.

Ciri-ciri dari 3 bentuk komunikasi diatas:
1.      Komunikasi Agresif
Ciri-cirinya:
·         Superior dan percaya diri berlebihan, ingin kemauan dan pendapatnya diikuti
·         Memaksa orang untuk melakukan hal-hal yang tidak dilakukan
·         Keras dan bermusuhan, menyerang secara fisik atau verbal
·         Interupsi, intimidasi, berperan sebagai pengatur, kurang kontrol emosi
·         Ingin menang dengan segala cara
2.      Komunikasi Pasif
Ciri-cirinya:
·         Interior dan tidak percaya diri, menghindari konflik
·         Mengikuti tuntutan dan kemauan orang lain, mengutamakan orang lain
·         Tidak mampu mempertahankan hak dan pribadinya, selalu mengedepankan orang lain
·         Cepat merasa bersalah, minta maaf berlebihan, memendam perasaan, tidak bisa ambil keputusan
3.      Komunikasi Asertif
Ciri-cirinya:
·      Percaya diri
·      Terbuka dan jujur terhadap pendapat diri dan orang lain, berfikir positif
·      Mendengarkan pendapat pribadi tanpa mengorbankan perasaan orang lain
·      Mencari solusi bersama dan keputusan, mengatasi konflik
·      Menghargai diri sendiri dan orang lain, menyatakan perasaan pribadi, jujur tetapi hati-hati
·      Mempertahankan hak

Bahasa Tubuh
            Tiga bentuk komunikasi diatas menunjukkan bahasa tubuh yang berbeda-beda yang dapat dilihat pada table dibawah ini:
Bahasa tubuh untuk tiga jenis komunikasi

Asertif
Agresif
Pasif
Postur
Tegak lurus
Condong kedepan
Agak mundur
Head
Santai, tidak kaku
Mendongak keatas
Menunduk
Eye
Langsung, tidak melototi, biasa/santai
Melototi seolah-olah mengamuk
Tidak berani menatap
Face
Ekspresi sesuai kata-kata yang keluar
Tegas
Tersenyum meski kesal
Voice
Sesuai dengan kontak
Keras
Ragu/lembut
Arms/Hands
Santai, bergerak bebas
Terkontrol, menunjuk ke suatu obyek, terkepal keras
Diam
Movement/walking
Terukur, sesuai tindakan
Lambat & keras atau cepat, bebas, keras
Lambat & ragu-ragu/cepat tapi terkesan terburu-buru

Mengapa sikap asertif diperlukan?
            Pesan-pesan agresif dan pasif keduanya merugikan, terkaadng tidak hanya merugikan percakapan tetapi seringkali juga merugikan relasi. Komunikasi pasif membiarkan pengirim atau penerima pesan dengan pikiran-pikiran atau perasaan yang masih memerlukan ungkapan ini sering menimbulkan kebencian atau keyakinan bahwa seseorang telah salah mengerti atau bahwa apa yang dikatakan tidak ada akibatnya pada orang lain.
Perilaku agresif mempunyai efek merugikan yang langsung dan jelas terlihat pada korbannya, sehingga terkadang tidak teramatioleh si aggressor dan cenderung menimbulkan reaksi “fight atau flight” (melawan atau melarikan diri).
Kepasifan yang lama sering menjurus keledakan agresif jika terjadi rangsangan yang “tepat” dan pada saat tersebut tidak lagi ada waktu untuk diskusi dan mediasi.
 Perilaku asertif diperlikan jika dilihat dari dua sudut pandang, yaitu:
  1. sikap asertif menunjukkan komunikasi yang terbuka, dewasa, dan langsung yang memungkinkan orang lain untuk melihat dan mengetahui perasaan seseorang serta meningkatklan harga diri.
  2. Merupakan cara yang tidak terlalu mahal untuk menciptakan hubungan antar pribadi yang efektif daripada perilaku pasif dan agresif.

Tujuan utama dari sikap asertif
      Terdapat tiga tingkatan dimana sikap asertif ini terjadi, yaitu teknik-teknik sikap asertif, pola respon asertif dan pola hidup asertif. Awalnya seseorang belajar dan berlatih teknik-teknik asertif, seperti: membuat permintaan, mengatakan tidak, menerima pujian, dan mengungkapkan kekhawatiran akan menjadi lebih mudah, sehingga orang akan lebih menghargai dirinya dan interaksi akan menungkat. Selanjutnya akan menjurus kepola respon asertif, dimana sikap asertif menjadi lebih terasa wajar dab ditandai oleh ungkapan-ungkapan verbal da non verbal yang terbuka. Pada tingkat akhir seseorang dapat mengembangkan pola hidup asertif yang meliputi kesadaran intra dan interpersonal.
      Bila pelatihan sikap asertif telah dialkukan dengan mengikuti tiga tingkatan tersebut diatas, maka tercapailah tujuan utama dari sikap asertif, yaitu:
1.      Kemudahan dalam hubungan interpersonal
2.      Keselarasan pikiran, perasaan dan perilaku
3.      kemauan menerima tanggung jawab serta akibat dari tindakan tersebut

 Unsur-unsur asertif
            Secara garis besar asertif dapat dibagi menjadi dua unsur yaitu verbal dan non verbal. Sebuah komunikasi harus mengandung kedua unsur ini.

 1.    Unsur non verbal
 Unsur-unsur non verbal dari prilaku meliputi :
          Kekerasan suara
Nada yang asertif harus keras dan tegas sehingga terdengar dengan jelas tetapi tidak boleh terlalu pelan maupun keras sehingga memakakan telinga.
Contoh : apoteker dalam menberikan informasi tentang penggunaan obat pada pasien harus dengan nada bicara yang dapat didengar oleh pasien.

          Kelancaran
Kelancaran bicara orang asretif adalah kecepatan bisara yang sedang dan tidak terputus-putus.tidak terlalu banyak menggunakan penggantian kata-kata “pengisi” seperti “uh”, “er”, “huh”, “anda tahu”, “seperti”. Sehingga cenderung terlihat sebagai orang yang ragu-ragu. Sedangkan orang yang berbicara terlalu cepat dianggap sebagai orang yang terlalu membebani.
Contoh : apoteker dalam memberikan informasi kepada pasien harus dengan intonasi yang baik, lancar, tidak terlalu cepat, tidak gagap, tidak lambat dan tidak menggunakan banyak kata pengisi.

       Kontak mata
Kontak mata asertif baerarti bahwa seseorang mampu memandang wajah penerima secara terus menerus tetapi tanpa intensitas tertentu yang membuat penerima merasa ditantang
Contoh : ketika memberikan informasi, apoteker harus menatap pasien agar pasien dapat menangkap informasi yang diberikan dengan jelas dan pasien dapat memberikan umpan balik komunikasi.

         Ungkapan wajah
Seseorang dalam berkomunikasi selalu disertai ungkapan wajah (ekspresi) dimana dalam berkomunikasi asertif harus mampu menyelaraskan kata-kata dengan dengan irama serta ungkapan wajah.
Contoh : bila marah janganlah tersenyum, bila merasa senang tersenyumlah, bila tidak mengerti kerutkan dahi.

         Ungkapan tubuh
Orang yang asertif dalam ungkapan tubuhnya akan tampak santai tetapi tidak membungkuk, berdiri tegak tanpa menjadi kaku dan menggunakan tangan serta bahu untuk menekankan pembicaraan mereka tanpa menjadi terlalu maksa atau kasar.
Contoh : seorang asisten apoteker dalam melayani pasien harus tampak santai dan menghormati pasien, tidak bermalas-malasan atau menunjukan sikap kaku dan kasar.

          Jarak
Orang yang asertif akan berdiri cukup dekat sehingga tidak banyak yang akan lewat diantara mereka dan penerima mereka (lawan bicara) tetapi tidak terlalu dekat sehingga memecahkan “gelembung” mereka. Istilah “gelembung” menurut Sommer (1969) telah ditetapkan untuk batas tidak kasat mata yang digunakan seseorang untuk melindungi dirinya dari intrusi orang lain.
Contoh : seorang apoteker akan berada cukup dekat kepada pasiennya ketika memberikan informasi. Tidak terlalu jauh karena pasien akan merasa direndahkan dan pasien terkadang jadi kurang paham dengan penjelasan apotekernya, dan tidak terlalu dekat karena akan membuat pasien merasa kurang nyaman.

2.      Unsur verbal
  5 unsur verbal dari pernyataan yang asertif, yaitu :
·         Mengatakan tidak
Sebuah aspek penting dari menggatakan tidak secara asertif adalah penolakan dipahami dan dipercaya. Tujuannya adalah mengatakan tidak dengan tegas dan tanpa kompromi sementara tetap mengakui hak orang lain untuk meminta. Mengatakan tidak secara asertif berarti seseorang dapat menolak sebuah permintaan dan memberi alasan dari penolakannya sambil menunjukan bahwa orang lain tersebut telah didengarkan.
Contoh : seorang AA yang ingin menolak permintaan teman kerjanya untuk menukar jam kerja, dia berkata “Saya mengerti bahwa kamu benar-benar ingin menukar jam kerja dengan saya, tetapi saya tidak dapat melakukannya pada hari rabu, kerena saya sudah mempunyai rencana lain”.

·         Menunjukan sikap
Unsur asertif ini merupakan respon terhadap suatu situasi, dimana kuncinya adalah kejelasan dari posisi seseorang, penghargaan diri dengan mana posisi tersebut dinyatakan dan pemahaman tentang posisi orang lain.
Contoh : seorang apoteker tidak setuju dengan keinginan pasien untuk membeli setengah resep antibiotika, dia berkata “saya mengerti sekali keadaan bapak, tetapi saya tidak setuju kalau bapak hanya menebus setengah resep obat tersebut”.

·         Meminta pertolongan
Ketika meminta pertolongan, bersikap asertif berarti menyatakan masalah dengan jelas dan membuat permintaan yang khusus. Permintaan harus berakhir dengan persetujuan atau dengan pemahaman mengapa tidak dapat atau tidak disetujui. Jangan mengakhiri pembicaraan sebelum titik ini dicapai.
Contoh : seorang pasien tidak boleh malu untuk bertanya cara pakai obat kepada apoteker sampai dia mengerti cara pakai obat tersebut.

·         Mengajukan hak
Unsur ini intinya hampir sama dengan unsur permintaan pertolongan, yaitu menyatakan masalah, membuat permintaan khusus untuk perbaikan atau perubahan dan bertahan sampai seseorang mengkomunikasikan sebuah hal dengan efektif.
Contoh : seorang pasien berhak memperoleh penjelasan bagaiman cara mengkonsumsi obat yang dibelinya tersebut secara benar.

·         Ungkapan perasaan
Orang mungkin tidak mengetauhi perasaan orang lain kecuali jika perasan itu diungkapkan dengan kata-kata. Ungkapan perasaan dari sikap asertif adalah mengungkapkan emosi seperti marah dan kasih sayang.
Contoh : jika seorang pasien berterima kasih kepada apoteker karena telah dilayani dengan baik, maka apoteker membalas ucapan tersebut dengan asertif yaitu dengan berkata “terima kasih kembali Bu, semoga lekas sembuh”.


Kesimpulan
Cara berkomunikasi yang baik tidak hanya dipengaruhi keberhasilan kita berinteraksi dengan orang lain, tetapi lebih jauh lagi, mampu berkomunikasi dengan baik menjadikan kita terampil dalam mengambil keputusan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar