MACAM-MACAM KOMUNIKASI
1.
Komunikasi dengan diri sendiri
(Intrapersonal Communication)
Komunikasi dengan diri
sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam diri komunikator, atau
dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri. Dalam komunikasi
intrapersonal, seseorang bertindak sebagai komunikator sekaligus komunikan.
Komunikasi intrapersonal merupakan dasar komunikasi interpersonal. Ketika
berbicara dengan orang lain, sesungguhnya seseorang itu telah merampungkan
suatu proses komunikasi dengan diri sendiri. Proses ini berlangsung dengan
cepat, nyaris tanpa disadari, kecuali ketika seseorang pertama kali belajar
berbicara atau menggunakan bahasa asing yang belum terlalu dikuasai.
Dalam proses pengambilan keputusan,
seringkali seseorang dihadapkan pada pilihan Ya dan Tidak. Keadaan
semacam ini membawa seseorang pada situasi berkomunikasi dengan diri sendiri,
terutama dalam mempertimbangkan untung ruginya suatu keputusan yang akan
diambil. Cara ini hanya bisa dilakukan dengan metode komunikasi dengan diri
sendiri.
Dengan selesainya komunikasi intrapersonal
di mana seseorang melakukan tindakan komunikasi dengan menyampaikan pesannya,
maka ia masuk pada tataran komunikasi antarpersonal.
Role play:
Seorang pasien datang mengeluh
penyakit penyakit batuk, ia meminta obat apa yang kira-kira cocok untuk
mengobatinya. Lalu apoteker bertanya pada dirinya sendiri, ”obat apa yang cocok
untuk dia?, lalu bagaimana cara menyampaikan informasi dan penggunaan obat
tersebut ya?”
2.
Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal
Commnication)
Komunikasi antarpribadi yang
dimaksud di sini ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau
lebih secara tatap muka, seperti yang dinyatakan R. Wayne Pace (1979) bahwa
”Interpersonal communication is communication involving two or more people in a
face to face setting.”
Komunikasi
antar pribadi dapat terjadi dalam konteks satu komunikator dengan satu
komunikan (komunikasi diadik : 2 orang) atau satu komunikator dengan 2
komunikan (komunikasi triadic : 3 orang). Lebih dari 3 orang biasanya dianggap
komunikasi kelompok.
Komunikasi
antarpribadi dapat berlangsung secara tatap muka atau menggunakan media
komunikasi antarpribadi (non media massa) seperti telepon. Dalam komunikasi
antarpribadi, komunikasi relatif cukup mengenal komunikan, dan sebaliknya pesan
dikirim dan diterima secara stimultan dan spontan, relatif kurang terstruktur, demikian
pula halnya dengan umpan balik yang dapat diterima dengan segera.
Dalam
tataran antarpribadi, komunikasi berlangsung secara sirkuler, peran komunikator
dan komunikan terus dipertukarkan. Karena dikatakan bahwa kedudukan komunikator
dan komunikan relatif setara. Proses ini lazimnya disebut dialog, walaupun
dalam konteks tertentu dapat juga terjadi monolog, hanya 1 pihak yang
mendominasi percakapan.
Efek
komunikasi antarpribadi paling kuat diantara tataran komunikasi yang lain.
Dalam komunikasi antarpribadi, komunikator dapat mempengaruhi langsung tingkah
laku (efek konatif) dari komunikannya, memanfaatkan pesan verbal dan non
verbal, serta segera merubah dan menyesuaikan pesannya apabila didapat umpan
balik negatif.
Contoh :
Pembicaraan apoteker dengan pasien
A :
Selamat pagi Bu, ada yang bisa saya bantu?
P :
Iya saya mau beli Amoksan
A :
Ada Bu, apakah ibu yang sakit?
P :
Iya, saya sendiri
A :
Apa ibu sudah pernah minum obat ini sebelumnya?
P :
Sudah, saya cocok sekali dengan obat itu
A :
Ini Bu obatnya diminum 3x sehari
Semoga lekas sembuh
P :
Terima kasih Bu
3. Komunikasi Kelompok
Komunikasi
yang terjadi apabila jumlah pelaku komunikasi lebih dari 3 orang, cenderung
dianggap komunikasi kelompok kecil atau lazim disebut komunikasi kelompok saja.
Sedangkan komunikasi kelompok besar biasanya disebut komunikasi public. Jumlah
manusia pelaku komunikasi kelompok besar atau kecilnya, tidak ditentukan secara
matematis, melainkan tergantung pada ikatan emosional antar anggotanya.
Dalam komunikasi kelompok, komunikator
relatif mengenal komunikan dan demikian juga antar komunikan. Bentuk komunikasi
kelompok kecil misalnya pertemuan dan rapat. Komunikasi kelompok kecil pasti
melibatkan komunikasi antarpribadi juga berlaku disini.
Umpan
balik dapat diterima dengan segera, menentukan pesan berikutnya. Namun pesan
relatif lebih terstruktur daripada komunikasi antar pribadi, bersifat formal
maupun informal. Komunikasi kelompok sering kita temui dalam keluarga,
tetangga, teman dan kerabat, atau kelompok diskusi. Komunikasi kelompok dapat
terjadi di dalam kelompok dan juga antar kelompok.
Contoh :
Dalam suatu seminar “Peranan dan kompetensi
apoteker di industri farmasi”
Setelah pembicara selesai menyampaikan materi,
diadakan sesi tanya jawab:
Penanya :
Bagaimana apoteker bisa menyesuaikan diri di lingkungan kerja, padahal seperti kita ketahui dunia kerja tidak sama
dengan dunia kuliah?
Ahli : Dunia kuliah merupakan dasar untuk
penerapan dalam dunia kerja, jadi dalam
dunia kerja kita harus rendah hati, mau
menerima masukan dari orang lain,
sehingga kita bisa menyesuaikan diri dalam
lingkungan kerja tersebut.
4. Komunikasi Publik (Public Communication)
Komunikasi
publik biasa disebut juga komunikasi kelompok besar, karena melibatkan
komunikan khalyak yang relatif besar, dan arena sulit saling mengenal secara
dalam satu persatu. Komunikan berkumpul di waktu dan tempat yang sama, misalnya
di auditorium, aula, masjid atau gereja, lapangan terbuka, dan lain-lain.
Dalam
komunikasi publik, proses komunikasi relatif bersifat linden teroganisir:
beberapa orang menjalankan fungsi-fungsi khusus. Dalam komunikasi publik pasti
melibatkan komunikasi kelompok, karena kelompok besar itu pun terbentuk atas
kelompok-kelompok kecil, dan karenanya pula juga terjadi komunikasi
antarpribadi dan intrapribadi.
Dalam
situasi tertentu publik ini dapat berubah menjadi massa, yaitu dalam pengertian
banyak orang, berkumpul di tempat dan waktu yang sama dan kemudian terjadi
peristiwa yang menyebabkan turunnya kesadaran individu dan timbulnya jiwa
massa: komunikator berkata berdiri, semua komunikan berdiri.
Contoh: Ceramah Departemen Kesehatan tentang
program Gerakan Keluarga Sadar Obat (GKSO) kepada masyarakat.
5. Komunikasi Organisasi
Komunikasi
organisasi terjadi di dalam organisasi maupun antar organisasi, bersifat formal
maupun informal. Semakin formal sifatnya, semakin terstruktur pesan yang
disampaikan. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi:
komunikasi ke atas, ke bawah, maupun horizontal. Sedangkan komunikasi informal
adalah yang terjadi di luar struktur organisasi.
Komunikasi
organisasi melibatkan komunikasi kelompok, komunikasi antar pribadi, komunikasi
intrapribadi, dan terkadang komunikasi publik yang juga muncul di dalamnya.
Contoh: Pidato ketua ISFI tentang kode etik dalam
rapat tahunan.
6. Komunikasi Massa
Terdapat
berbagai macam pendapat tentang pengertian komunikasi massa. Ada yang menilai
dari segmen khalayaknya, dari segi medianya, dan ada pula dari sifat pesannya.
Komunikasi
massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana
pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya
massal melalui alat-alat yang bersifat mekanik seperti radio, televisi, surat
kabar, dan film.
Dibandingkan
dengan bentuk-bentuk komunikasi sebelumnya, maka komunikasi massa memiliki ciri
tersendiri. Sifat pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari
segi usia, agama, suku, pekerjaan maupun dari segi kebutuhan.
Ciri lain yang dimiliki
komunikasi massa ialah sumber dan penerima dihubungkan oleh saluran yang telah
diproses secara mekanik. Sumber juga merupakan suatu lembaga atau institusi
yang terdiri dari banyak orang, misalnya reporter, penyiar, editor, teknisi dan
sebagainya. Karena itu proses penyampaian pesan lebih formal, terencana dan
lebih rumit.
Pesan
komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya lambat (tertunda)
dan sangat terbatas. Tetapi dengan perkembangan teknologi komukasi yang begitu
cepat,khususnya media massa elektronik seperti radio dan televisi maka umpan
balik dari khayalak bisa dilakukan dengan cepat kepada penyiar.
Selain
dari itu, sifat penyebaran pesan melalui media massa berlangsung begitu cepat,
serempak, dan luas. Ia mampu mengatasi jarak dan waktu, serta tahan lama bila
didokumentasikan. Dari segi ekonomi, biaya produksi komunikasi massa cukup
mahal dan memerlukan dukungan tenaga kerja relatif banyak untuk mengelola.
Contoh:
·
Sosialisasi menteri kesehatan
media massa
(TV, radio, koran) tentang bahaya penggunaan obat tradisional yang bercampur
dengan bahan kimia obat (BKO).
Gambar memperlihatkan bidang terluas pada komunikasi intrapribadi,
hal ini menggambarkan bahwa dasar dan fondasi dari seluruh aktivitas komunikasi
adalah tataran intrapribadi. Apabila dasarnya kokoh, maka kokoh pula tataran
komunikasi lain yang dibangun diatasnya.
Hambatan-hambatan dalam
komunikasi
Dalam praktek berkomunikasi biasanya seseorang akan
menemui berbagai macam hambatan atau gangguan. Hambatan bukan merupakan bagian
dari proses komunikasi, akan tetapi mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi
karena Pada setiap situasi selalu ada hal yang menganggu atau menghambat kita.
Hambatan adalah hal yang merintangi atau menganggu komunikasi, sehingga
penerima pesan salah menafsirkan pesan yang diterimanya, dan itu menyebabkan
komunikasi menjadi kurang atau tidak optimal dantidak berjalan dengan lancar.
Adapun hambatan-hambatan dalam berkomunikasi adalah :
1. Keadaan
dari pengirim pesan
Pesan yang akan
disampaikan tidak jelas, karena dipengaruhi oleh perasaan atau situasi
emosional dari pengirim pesan.
Contoh : - Apoteker kurang percaya diri dalam menjelaskan
informasi obat kepada pasien
- Apoteker merasa bahwa memberikan penjelasan
kepada pasien itu bukan aktifitas
yang
utama sehingga Apoteker lebih sibuk dengan urusannya sendiri
utama sehingga Apoteker lebih sibuk dengan urusannya sendiri
2.
Keadaan si penerima
Kurangnya perhatian
si penerima pesan pada saat menerima pesan pada saat menerima atau mendengarkan
pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih
lanjut.
Contoh : - Pasien menganggap bahwa penyakit yang di
deritanya hanya masalah
kecil,
sehingga pasien tidak mau mendengarkan pesan
- Penerima pesan bukanlah si pasien, sehingga
kemungkinan pasien tidak
menerima pesan dengan baik
3. Keterbatasan
Waktu
Waktu yang terbatas dapat menghambat proses
komunikasi, sehingga pesan tidak tersampaikan dengan baik
Contoh : - Seorang
ibu yang tergesa-gesa membeli obat untuk anaknya yang sakit
- Pasien tidak dapat berkonsultasi dengan apoteker karena
apotik sedang ramai
4. Adanya evaluasi terlalu dini ( terlalu cepat menyimpulkan )
Seringkali
seseorang terlalu cepat atau
tergesa-gesa dalam menyimpulkan suatu pesan tanpa memahaminya lebih jauh,
sehingga terjadi adanya kesalahpahaman atau salah pengertian terhadap isi pesan
tersebut.
Contoh : Pasien yang membeli apotik beranggap bahwa ia
sudah memahami cara pemakaian suatu
obat, sehingga ia tidak memperhatikan penyuluhan yang diberikan oleh apoteker
dan menyalahkan apoteker bila ia tidak cepat sembuh
5. Jarak
psikologis
Terjadinya jarak
psikologis disebabkan adanya perbedaan status sosial ataupun pendidikan yang
dimiliki oleh setiap individu.
Contoh : Apoteker saat memberikan penyuluhan
kepada masyarakat desa yang tertinggal, hendaknya menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti oleh mereka sehingga pesan dapat diterima dengan baik dan tidak
boleh menganggap rendah.
6. Lingkungan
yang tidak mendukung
Gangguan dalam
berkomunikasi yang muncul dari lingkungan seperti gangguan cuaca, maupun
keributan yang terjadi, dalam melayani, adanya keinginan untuk menjawab setiap
panggilan telepon, salah dalam mengartikan sebuah pesan bila apoteker tidak
langsung berbicara kepada pasien tapi menjelaskan melalui asisten apotekernya
menyebabkan komunikasi menjadi tidak efektif, ketinggian konter peresepan,
kurangnya para tenaga ahli ( asisten apoteker ) dalam melayani. Gangguan
mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang
bersifat fisik.
Contoh : Pasien
membeli obat di apotik yang sangat ramai sehingga menganggu kenyamanan pasien
dalam berkonsultasi.
7. Hambatan
dari diri sendiri
Seringkali
pasien atau apoteker mempunyai sifat kurang percaya diri, rasa malu,
merendahkan diri sehingga menyebabkan terganggunya komunikasi. Dalam
menyingkirkan penghalang tersebut harus menginstropeksi diri dan menganalisa
motivasi untuk komunikasi.
Contoh : 1. Pasien
yang mau bertanya kepada apoteker tidak berani karena kurang
percaya diri atau rasa malu karena takut salah bertanya.
2.
Apoteker yang ingin menjelaskan suatu obat kepada pasien menganggap
bahwa berbicara kepada
pasien bukan merupakan tindakan yang penting.
8. Hambatan
administrasi dan finansial
Hambatan yang
muncul dari apoteker kepada pasien karena menganggap tidak mendapatkan imbalan
atau jasa, kebijaksanaan yang menghambat interaksi, mekanika peramuan resep.
Contoh : Apoteker
hendak menjelaskan penggunaan obat kepada pasien merasa tidak nyaman karena
adanya partisi kaca
9.
Hambatan
semantik
Kata-kata yang dipergunakan
dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak jelas
atau berbelit-belit antara pemberi dan penerima pesan.
Contoh : Apoteker memberi
penjelasan cara penggunaan suppositoria terhadap pasien yang tingkat
pendidikannya rendah. Apoteker menjelaskan bahwa suppositoria dimasukkan
melelui dubur, tetapi pasien tersebut tidak mengerti arti dubur.
Contoh :
Di suatu sore, mbok Ijah disuruh oleh majikannya
untuk membeli obat.
M : Mbok, mbok... sini!!
Mbok : Inggih.. wonten
nopo Bu?
M : Aku belikan obat kayak gini ya, ini
kertasnya,ada tulisane.
(sambil
menyerahkan secarik kertas + uangnya)
Mbok : Inggih... aku
brangkat saiki.
Lalu berangkat mbok Ijah ke apotik
A : Selamat sore Bu, ada yang bisa saya
bantu?
Mbok : iyo aku arep tuku
iki.
(sambil
menyerahkan kertas)
A : Maaf
Bu, mau beli panadol yang mana? Disini ada tiga macam warna
merah,
biru, hijau.
Mbok : Koyok’e sing biru
A : Memangnya sakit apa?
Mbok : Awak’e panas,yo koyok ngono pokok’e
wes cepetan, aku arep moleh iki
wes
dienteni karo nyonyaku.
A : Tunggu sebentar saya ambil kan
obatnya.
(lalu
apoteker ke dalam untuk mengambilkan obatnya, tidak lama
kemudian
apoteker keluar dan menyerahkan obatnya pada mbok Ijah)
A : Ini obatnya Bu, diminum yang rutin
ya, tiga kali sehari sesudah makan,
supaya
cepat sembuh.
Mbok : Inggih...inggih....ya wes matur
suwon.
(sambil
buru-buru pulang)
A : Iya terima kasih kembali
Setelah sampai rumah mbok Ijah
buru-buru menyerahkan obatnya pada majikan.
Mbok : Bu.. bu...iki obate....
M : Oh, ya.
Mbok : (sambil menyerahkan obatnya)
M : Lhooooooo, kok ini obatnya???? Tadikan
sudah saya tunjukan contohnya,
harusnya kan warna nya hijau.
Mbok : Lhooo iya ta, Bu???
M : Ya uda, kalau begitu kembalikan ke
apotik dan tukarkan dengan yang
berwarna
hijau.
Mbok : Ya wes Bu....nak ngono, aku tak
berangkat saiki yo.
M : Iya
Lalu mbok Ijah berangkat menukarkan obatnya
tersebut ke apotik.
Dari Role playing di atas, kita dapat mengetahui
bahwa terjadi hambatan-hambatan dalam komunikasi, antara lain:
1. Hambatan
keadaan si penerima: si pembantu kurang mendengarkan pesan dari majikannya
sehingga informasi yang diterima salah.
2. Keterbatasan waktu: karena terburu-buru mau pulang, si pembantu
tidak mendengar dengan jelas apa yang disampaikan oleh apoteker.
Kesimpulan: Adanya hambatan-hambatan daalm
komunikasi menyebabkan tujuan komunikasi tidak tercapai, sehingga untuk
mencapai tujuan komunikasi maka faktor-faktor yang berpengaruh dalam komunikasi
perlu diperhatikan.
Konsep
Konseling
- What
konseling pasien merupakan suatu tindakan yang meliputi
aspek mendengarkan dan memberikan informasi serta segala aktivitas yang
bersifat memberikan pendidikan kepada pasien tentang obat beserta penyakit.
- Why
·
Mencegah kesalahan dalam
menggunakan obat
Pasien di luar pelayanan RS → 50% melakukan kesalahan
dalam menggunakan obat, sehingga terjadi efek samping.
·
Mencegah ketidakpatuhan pasien
Hal ini akan memperlama atau
memperberat penyakit.
·
Mencegah terjadinya efek
samping obat
Farmasis terlibat dalam terapi pasien sehingga mencegah
lebih dini timbulnya efek samping obat.
·
Menjamin
pengobatan yang diberikan aman dan efektif
·
Memberikan pengetahuan tambahan
tentang penyakit yang diderita pasien
·
Membantu dalam usaha pasien
untuk “care” terhadap dirinya sendiri (self care) → patuh terhadap pengobatan.
·
Rujukan
dalam “non-drug related situations”
·
Menurunkan “health care cost”
bagi pasien, pemerintah dan masyarakat
- How
·
Membuka
pembicaraan
Membangun
hubungan saling menolong dan jujur → dipengaruhi kemampuan untuk memperoleh
info dan membuat keputusan yang sesuai.
Diskusi untuk informasi dan
identifikasi masalah
·
Menggali
informasi yang berkaitan dengan :
-
Masalah
yang sedang terjadi (real) atau yang mungkin terjadi (potensial) yang
berhubungan dengan pengobatan → misal : Captopril diminum bersama dengan
aspirin, ini dapat menyebabkan efek antihipertensi dari captopril tidak
efektif. Beri tahu juga bahwa captopril dapat menyebabkan hiperkalemia.
-
Informasi
apa yang dibutuhkan oleh pasien → misal : DM dapat terjadi hipoglikemia. Harus
hati-hati apabila terjadi tremor, takikardi, keringat dingin → segera ke dokter
·
Diskusi
untuk mencegah dan memecahkan masalah dan menyediakan informasi yang sesuai
Kembangkan rencana
pharmaceutical care selama proses konseling dengan pasien:
-
Dibutuhkan
diskusi pasien-farmasi untuk mendiskusikan masalah real atau potensial
-
Rencanakan
farmakoterapeutik yang ada untuk berbagai masalh real atau potensial dan juga
jalan untuk mengidentifukasi, misal : konstipasi ± 2 minggu
-
Terapi
alternatif → beri alternatif dan sarankan ke dokter, misal : ubah obat yang
menyebakan konstipasi atau menambahkan berbagai obat untuk mengatasi konstipasi
→ alternatif terapi dengan glukokarbon, makan serat. Golongan morfin (kodein)
dapat menyebabkan konstipasi).
-
Pilihan
alternatif (obat, dosis, formulasi, dan regimen) → melibatkan pasien, misal :
laksatif untuk konstipasi
-
Rencana
drug monitoring
·
Menutup
pembicaraan
-
Beri
kesempatan kepada pasien untuk mempertimbangkan berbagai nformasi dan
menanyakan berbagai pertanyaan
-
Ulangin
instruksi 2x penting (saat pasien tampak bingung atau saat terjadi hambatan
bahasa)
-
Mendorong
pasien agar bebas bertanya segala hal atau mendiskusikannya
-
Ulangi
dan tekankan poin-poin penting saat konseling
-
Beri
informasi tambahan (informasi tertulis) jika dibutuhkan
-
Monitoring
kemajuan pasien dan keberhasilan pengobatan
·
Follow-up discussion
- When
- Pada
tahap awal lakukan konseling dengan pasien ketika pasien menebus resep
(seharusnya konseling terjadi dimana pasien pertama kali tebus resep di apotek
kita).
- Bila
pengambilan obat oleh pihak ketiga → pastikan bahwa info dapat tersampaikan
kepada pasien (dapat melalui catatan kecil atau leaflet) → konfirmasi
sesudahnya via telepon.
- Where
Konseling dilakukan di apotek.
- Who
Konseling dilakukan oleh
apoteker.
Contoh aplikasi konseling:
- Who is it for ? untuk siapa obat tersebut
- What are the symptom ?apa gejalanya
- How long the symptoms persisted ? berapa lama gejala tersebut muncul
- Action taken;What medicines have been tried ? tindakan apa yang telah diambil; obat apa yang telah digunakan
- Medicine for other conditions ? obat-obat yang dikonsumsi untuk pengobatan untuk penyakit lainnya
Contoh :
A : Apa keluhan utama yang anda rasakan ?
P : Saya menderita diare
A : Berapa kali sehari ?
P : 5 kali sehari
A : Apa diare anda disertai darah ?
P : Tidak
A : Apa ada lendir ?
P : Tidak juga
A : Sejak kapan anda menderita diare ini
?
P : Kemarin siang
A : Apa ada keluhan lain ?
P : Ada, saya merasa haus dan lemas
Hasil konseling ini mengarah pada diare akut
non-spesifik.
Pa, mohon izin untuk menjadikan tulisan anda sebagai referensi dalam buku ajar saya mengenai komunikasi farmasi.
BalasHapusSilahkan saudari Aqila, semoga dapat membantu. Terimakasih sudah membaca.
Hapusizin saya jadikan referensi mengajar saya ya
BalasHapus