Rabu, 12 Desember 2012

Komunikasi dan Konseling part 2


MACAM-MACAM KOMUNIKASI 


1.      Komunikasi dengan diri sendiri (Intrapersonal Communication)
Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam diri komunikator, atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri. Dalam komunikasi intrapersonal, seseorang bertindak sebagai komunikator sekaligus komunikan. Komunikasi intrapersonal merupakan dasar komunikasi interpersonal. Ketika berbicara dengan orang lain, sesungguhnya seseorang itu telah merampungkan suatu proses komunikasi dengan diri sendiri. Proses ini berlangsung dengan cepat, nyaris tanpa disadari, kecuali ketika seseorang pertama kali belajar berbicara atau menggunakan bahasa asing yang belum terlalu dikuasai.
            Dalam proses pengambilan keputusan, seringkali seseorang dihadapkan pada pilihan Ya dan Tidak. Keadaan semacam ini membawa seseorang pada situasi berkomunikasi dengan diri sendiri, terutama dalam mempertimbangkan untung ruginya suatu keputusan yang akan diambil. Cara ini hanya bisa dilakukan dengan metode komunikasi dengan diri sendiri.
Dengan selesainya komunikasi intrapersonal di mana seseorang melakukan tindakan komunikasi dengan menyampaikan pesannya, maka ia masuk pada tataran komunikasi antarpersonal.
Role play:
Seorang pasien datang mengeluh penyakit penyakit batuk, ia meminta obat apa yang kira-kira cocok untuk mengobatinya. Lalu apoteker bertanya pada dirinya sendiri, ”obat apa yang cocok untuk dia?, lalu bagaimana cara menyampaikan informasi dan penggunaan obat tersebut ya?”

2.      Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Commnication)
Komunikasi antarpribadi yang dimaksud di sini ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang dinyatakan R. Wayne Pace (1979) bahwa ”Interpersonal communication is communication involving two or more people in a face to face setting.”
       Komunikasi antar pribadi dapat terjadi dalam konteks satu komunikator dengan satu komunikan (komunikasi diadik : 2 orang) atau satu komunikator dengan 2 komunikan (komunikasi triadic : 3 orang). Lebih dari 3 orang biasanya dianggap komunikasi kelompok.
           Komunikasi antarpribadi dapat berlangsung secara tatap muka atau menggunakan media komunikasi antarpribadi (non media massa) seperti telepon. Dalam komunikasi antarpribadi, komunikasi relatif cukup mengenal komunikan, dan sebaliknya pesan dikirim dan diterima secara stimultan dan spontan, relatif kurang terstruktur, demikian pula halnya dengan umpan balik yang dapat diterima dengan segera.
      Dalam tataran antarpribadi, komunikasi berlangsung secara sirkuler, peran komunikator dan komunikan terus dipertukarkan. Karena dikatakan bahwa kedudukan komunikator dan komunikan relatif setara. Proses ini lazimnya disebut dialog, walaupun dalam konteks tertentu dapat juga terjadi monolog, hanya 1 pihak yang mendominasi percakapan.
            Efek komunikasi antarpribadi paling kuat diantara tataran komunikasi yang lain. Dalam komunikasi antarpribadi, komunikator dapat mempengaruhi langsung tingkah laku (efek konatif) dari komunikannya, memanfaatkan pesan verbal dan non verbal, serta segera merubah dan menyesuaikan pesannya apabila didapat umpan balik negatif.
Contoh :
Pembicaraan apoteker dengan pasien
A         : Selamat pagi Bu, ada yang bisa saya bantu?
P          : Iya saya mau beli Amoksan
A         : Ada Bu, apakah ibu yang sakit?
P          : Iya, saya sendiri
A         : Apa ibu sudah pernah minum obat ini sebelumnya?
P          : Sudah, saya cocok sekali dengan obat itu
A         : Ini Bu obatnya diminum 3x sehari
              Semoga lekas sembuh
P          : Terima kasih Bu


3. Komunikasi Kelompok
            Komunikasi yang terjadi apabila jumlah pelaku komunikasi lebih dari 3 orang, cenderung dianggap komunikasi kelompok kecil atau lazim disebut komunikasi kelompok saja. Sedangkan komunikasi kelompok besar biasanya disebut komunikasi public. Jumlah manusia pelaku komunikasi kelompok besar atau kecilnya, tidak ditentukan secara matematis, melainkan tergantung pada ikatan emosional antar anggotanya.
            Dalam komunikasi kelompok, komunikator relatif mengenal komunikan dan demikian juga antar komunikan. Bentuk komunikasi kelompok kecil misalnya pertemuan dan rapat. Komunikasi kelompok kecil pasti melibatkan komunikasi antarpribadi juga berlaku disini.
            Umpan balik dapat diterima dengan segera, menentukan pesan berikutnya. Namun pesan relatif lebih terstruktur daripada komunikasi antar pribadi, bersifat formal maupun informal. Komunikasi kelompok sering kita temui dalam keluarga, tetangga, teman dan kerabat, atau kelompok diskusi. Komunikasi kelompok dapat terjadi di dalam kelompok dan juga antar kelompok.
Contoh :
Dalam suatu seminar “Peranan dan kompetensi apoteker di industri farmasi”
Setelah pembicara selesai menyampaikan materi, diadakan sesi tanya jawab:
Penanya : Bagaimana apoteker bisa menyesuaikan diri di lingkungan kerja, padahal  seperti kita ketahui dunia kerja tidak sama dengan dunia kuliah?
Ahli        : Dunia kuliah merupakan dasar untuk penerapan dalam dunia kerja, jadi dalam
     dunia kerja kita harus rendah hati, mau menerima masukan dari orang lain,
     sehingga kita bisa menyesuaikan diri dalam lingkungan kerja tersebut.

4. Komunikasi Publik (Public Communication)
            Komunikasi publik biasa disebut juga komunikasi kelompok besar, karena melibatkan komunikan khalyak yang relatif besar, dan arena sulit saling mengenal secara dalam satu persatu. Komunikan berkumpul di waktu dan tempat yang sama, misalnya di auditorium, aula, masjid atau gereja, lapangan terbuka, dan lain-lain.
            Dalam komunikasi publik, proses komunikasi relatif bersifat linden teroganisir: beberapa orang menjalankan fungsi-fungsi khusus. Dalam komunikasi publik pasti melibatkan komunikasi kelompok, karena kelompok besar itu pun terbentuk atas kelompok-kelompok kecil, dan karenanya pula juga terjadi komunikasi antarpribadi dan intrapribadi.
            Dalam situasi tertentu publik ini dapat berubah menjadi massa, yaitu dalam pengertian banyak orang, berkumpul di tempat dan waktu yang sama dan kemudian terjadi peristiwa yang menyebabkan turunnya kesadaran individu dan timbulnya jiwa massa: komunikator berkata berdiri, semua komunikan berdiri.
Contoh: Ceramah Departemen Kesehatan tentang program Gerakan Keluarga Sadar Obat (GKSO) kepada masyarakat.

5. Komunikasi Organisasi
            Komunikasi organisasi terjadi di dalam organisasi maupun antar organisasi, bersifat formal maupun informal. Semakin formal sifatnya, semakin terstruktur pesan yang disampaikan. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi: komunikasi ke atas, ke bawah, maupun horizontal. Sedangkan komunikasi informal adalah yang terjadi di luar struktur organisasi.
            Komunikasi organisasi melibatkan komunikasi kelompok, komunikasi antar pribadi, komunikasi intrapribadi, dan terkadang komunikasi publik yang juga muncul di dalamnya.
Contoh: Pidato ketua ISFI tentang kode etik dalam rapat tahunan.

6. Komunikasi Massa
            Terdapat berbagai macam pendapat tentang pengertian komunikasi massa. Ada yang menilai dari segmen khalayaknya, dari segi medianya, dan ada pula dari sifat pesannya.
            Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanik seperti radio, televisi, surat kabar, dan film.
            Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi sebelumnya, maka komunikasi massa memiliki ciri tersendiri. Sifat pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari segi usia, agama, suku, pekerjaan maupun dari segi kebutuhan.
Ciri lain yang dimiliki komunikasi massa ialah sumber dan penerima dihubungkan oleh saluran yang telah diproses secara mekanik. Sumber juga merupakan suatu lembaga atau institusi yang terdiri dari banyak orang, misalnya reporter, penyiar, editor, teknisi dan sebagainya. Karena itu proses penyampaian pesan lebih formal, terencana dan lebih rumit.
            Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya lambat (tertunda) dan sangat terbatas. Tetapi dengan perkembangan teknologi komukasi yang begitu cepat,khususnya media massa elektronik seperti radio dan televisi maka umpan balik dari khayalak bisa dilakukan dengan cepat kepada penyiar.
            Selain dari itu, sifat penyebaran pesan melalui media massa berlangsung begitu cepat, serempak, dan luas. Ia mampu mengatasi jarak dan waktu, serta tahan lama bila didokumentasikan. Dari segi ekonomi, biaya produksi komunikasi massa cukup mahal dan memerlukan dukungan tenaga kerja relatif banyak untuk mengelola.
Contoh:
·         Sosialisasi menteri kesehatan media massa (TV, radio, koran) tentang bahaya penggunaan obat tradisional yang bercampur dengan bahan kimia obat (BKO).

Gambar memperlihatkan bidang terluas pada komunikasi intrapribadi, hal ini menggambarkan bahwa dasar dan fondasi dari seluruh aktivitas komunikasi adalah tataran intrapribadi. Apabila dasarnya kokoh, maka kokoh pula tataran komunikasi lain yang dibangun diatasnya.

Hambatan-hambatan dalam komunikasi
Dalam praktek berkomunikasi biasanya seseorang akan menemui berbagai macam hambatan atau gangguan. Hambatan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi, akan tetapi mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi karena Pada setiap situasi selalu ada hal yang menganggu atau menghambat kita. Hambatan adalah hal yang merintangi atau menganggu komunikasi, sehingga penerima pesan salah menafsirkan pesan yang diterimanya, dan itu menyebabkan komunikasi menjadi kurang atau tidak optimal dantidak berjalan dengan lancar. Adapun hambatan-hambatan dalam berkomunikasi adalah :
1.      Keadaan dari pengirim pesan
Pesan yang akan disampaikan tidak jelas, karena dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional dari pengirim pesan.
Contoh : - Apoteker kurang percaya diri dalam menjelaskan informasi obat kepada pasien
                      -  Apoteker merasa bahwa memberikan penjelasan kepada pasien itu bukan aktifitas yang
                         utama sehingga Apoteker lebih sibuk dengan urusannya sendiri
2.   Keadaan si penerima
Kurangnya perhatian si penerima pesan pada saat menerima pesan pada saat menerima atau mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.
Contoh : - Pasien menganggap bahwa penyakit yang di deritanya hanya   masalah
                                                    kecil, sehingga pasien tidak mau mendengarkan pesan
               - Penerima pesan bukanlah si pasien, sehingga kemungkinan pasien  tidak
                  menerima pesan dengan baik

3.      Keterbatasan Waktu
Waktu yang terbatas dapat menghambat proses komunikasi, sehingga pesan tidak tersampaikan dengan baik
Contoh :  - Seorang ibu yang tergesa-gesa membeli obat untuk anaknya yang sakit
                       - Pasien tidak dapat berkonsultasi dengan apoteker karena apotik sedang ramai

4.      Adanya evaluasi terlalu dini ( terlalu cepat menyimpulkan )
Seringkali seseorang terlalu cepat  atau tergesa-gesa dalam menyimpulkan suatu pesan tanpa memahaminya lebih jauh, sehingga terjadi adanya kesalahpahaman atau salah pengertian terhadap isi pesan tersebut.
Contoh : Pasien yang membeli apotik beranggap bahwa ia sudah memahami cara   pemakaian suatu obat, sehingga ia tidak memperhatikan penyuluhan yang diberikan oleh apoteker dan menyalahkan apoteker bila ia tidak cepat sembuh
5.      Jarak psikologis
Terjadinya jarak psikologis disebabkan adanya perbedaan status sosial ataupun pendidikan yang dimiliki oleh setiap individu.
Contoh      : Apoteker saat memberikan penyuluhan kepada masyarakat desa yang tertinggal, hendaknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh mereka sehingga pesan dapat diterima dengan baik dan tidak boleh menganggap rendah.
6.      Lingkungan yang tidak mendukung
Gangguan dalam berkomunikasi yang muncul dari lingkungan seperti gangguan cuaca, maupun keributan yang terjadi, dalam melayani, adanya keinginan untuk menjawab setiap panggilan telepon, salah dalam mengartikan sebuah pesan bila apoteker tidak langsung berbicara kepada pasien tapi menjelaskan melalui asisten apotekernya menyebabkan komunikasi menjadi tidak efektif, ketinggian konter peresepan, kurangnya para tenaga ahli ( asisten apoteker ) dalam melayani. Gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik.
Contoh : Pasien membeli obat di apotik yang sangat ramai sehingga menganggu kenyamanan pasien dalam berkonsultasi.

7.      Hambatan dari diri sendiri
Seringkali pasien atau apoteker mempunyai sifat kurang percaya diri, rasa malu, merendahkan diri sehingga menyebabkan terganggunya komunikasi. Dalam menyingkirkan penghalang tersebut harus menginstropeksi diri dan menganalisa motivasi untuk komunikasi.
Contoh : 1. Pasien yang mau bertanya kepada apoteker tidak berani karena kurang
                   percaya diri atau rasa malu karena takut salah bertanya.
2. Apoteker yang ingin menjelaskan suatu obat kepada pasien menganggap    
                   bahwa berbicara kepada pasien bukan merupakan tindakan yang penting.
8.      Hambatan administrasi dan finansial
Hambatan yang muncul dari apoteker kepada pasien karena menganggap tidak mendapatkan imbalan atau jasa, kebijaksanaan yang menghambat interaksi, mekanika peramuan resep.
Contoh : Apoteker hendak menjelaskan penggunaan obat kepada pasien merasa tidak nyaman karena adanya partisi kaca
9.      Hambatan semantik
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi dan penerima pesan.
Contoh : Apoteker memberi penjelasan cara penggunaan suppositoria terhadap pasien yang tingkat pendidikannya rendah. Apoteker menjelaskan bahwa suppositoria dimasukkan melelui dubur, tetapi pasien tersebut tidak mengerti arti dubur.

Contoh :
Di suatu sore, mbok Ijah disuruh oleh majikannya untuk membeli obat.
M         :           Mbok, mbok... sini!!
Mbok   :           Inggih.. wonten nopo Bu?
M         :           Aku belikan obat kayak gini ya, ini kertasnya,ada tulisane.
                        (sambil menyerahkan secarik kertas + uangnya)
Mbok   :           Inggih... aku brangkat saiki.
Lalu berangkat mbok Ijah ke apotik
A         :           Selamat sore Bu, ada yang bisa saya bantu?
Mbok   :           iyo aku arep tuku iki.
                        (sambil menyerahkan kertas)
A         :           Maaf Bu, mau beli panadol yang mana? Disini ada tiga macam warna
merah, biru, hijau.
Mbok   :           Koyok’e sing biru
A         :           Memangnya sakit apa?
Mbok   :           Awak’e panas,yo koyok ngono pokok’e wes cepetan, aku arep moleh iki
wes dienteni  karo nyonyaku.
A         :           Tunggu sebentar saya ambil kan obatnya.
                        (lalu apoteker ke dalam untuk mengambilkan obatnya, tidak lama
kemudian apoteker keluar dan menyerahkan obatnya pada mbok Ijah)
 A        :           Ini obatnya Bu, diminum yang rutin ya, tiga kali sehari sesudah makan,
supaya cepat sembuh.
Mbok   :           Inggih...inggih....ya wes matur suwon.
                        (sambil buru-buru pulang)
A         :           Iya terima kasih kembali
Setelah sampai rumah mbok Ijah buru-buru menyerahkan obatnya pada majikan.
Mbok   :           Bu.. bu...iki obate....
M         :           Oh, ya.
Mbok   :           (sambil menyerahkan obatnya)
M         :           Lhooooooo, kok ini obatnya???? Tadikan sudah saya tunjukan contohnya,
harusnya kan warna nya hijau.
Mbok   :           Lhooo iya ta, Bu???
M         :           Ya uda, kalau begitu kembalikan ke apotik dan tukarkan dengan yang
berwarna hijau.
Mbok   :           Ya wes Bu....nak ngono, aku tak berangkat saiki yo.
M         :           Iya
Lalu mbok Ijah berangkat menukarkan obatnya tersebut ke apotik.

Dari Role playing di atas, kita dapat mengetahui bahwa terjadi hambatan-hambatan dalam komunikasi, antara lain:
1.   Hambatan keadaan si penerima: si pembantu kurang mendengarkan pesan dari majikannya sehingga informasi yang diterima salah.
2.      Keterbatasan waktu:  karena terburu-buru mau pulang, si pembantu tidak mendengar dengan jelas apa yang disampaikan oleh apoteker.

Kesimpulan: Adanya hambatan-hambatan daalm komunikasi menyebabkan tujuan komunikasi tidak tercapai, sehingga untuk mencapai tujuan komunikasi maka faktor-faktor yang berpengaruh dalam komunikasi perlu diperhatikan.

Konsep Konseling
  1. What
konseling pasien merupakan suatu tindakan yang meliputi aspek mendengarkan dan memberikan informasi serta segala aktivitas yang bersifat memberikan pendidikan kepada pasien tentang obat beserta penyakit.
  1. Why
·         Mencegah kesalahan dalam menggunakan obat
Pasien di luar pelayanan RS → 50% melakukan kesalahan dalam menggunakan obat, sehingga terjadi efek samping.
·         Mencegah ketidakpatuhan pasien
Hal ini akan memperlama atau memperberat penyakit.
·         Mencegah terjadinya efek samping obat
Farmasis terlibat dalam terapi pasien sehingga mencegah lebih dini timbulnya efek samping obat.
·         Menjamin pengobatan yang diberikan aman dan efektif
·         Memberikan pengetahuan tambahan tentang penyakit yang diderita pasien
·         Membantu dalam usaha pasien untuk “care” terhadap dirinya sendiri (self care) → patuh terhadap pengobatan.
·         Rujukan dalam “non-drug related situations”
·         Menurunkan “health care cost” bagi pasien, pemerintah dan masyarakat
  1. How
·         Membuka pembicaraan
Membangun hubungan saling menolong dan jujur → dipengaruhi kemampuan untuk memperoleh info dan membuat keputusan yang sesuai.
Diskusi untuk informasi dan identifikasi masalah
·         Menggali informasi yang berkaitan dengan :
-          Masalah yang sedang terjadi (real) atau yang mungkin terjadi (potensial) yang berhubungan dengan pengobatan → misal : Captopril diminum bersama dengan aspirin, ini dapat menyebabkan efek antihipertensi dari captopril tidak efektif. Beri tahu juga bahwa captopril dapat menyebabkan hiperkalemia.
-          Informasi apa yang dibutuhkan oleh pasien → misal : DM dapat terjadi hipoglikemia. Harus hati-hati apabila terjadi tremor, takikardi, keringat dingin → segera ke dokter
·         Diskusi untuk mencegah dan memecahkan masalah dan menyediakan informasi yang sesuai
Kembangkan rencana pharmaceutical care selama proses konseling dengan pasien:
-          Dibutuhkan diskusi pasien-farmasi untuk mendiskusikan masalah real atau potensial
-          Rencanakan farmakoterapeutik yang ada untuk berbagai masalh real atau potensial dan juga jalan untuk mengidentifukasi, misal : konstipasi ± 2 minggu
-          Terapi alternatif → beri alternatif dan sarankan ke dokter, misal : ubah obat yang menyebakan konstipasi atau menambahkan berbagai obat untuk mengatasi konstipasi → alternatif terapi dengan glukokarbon, makan serat. Golongan morfin (kodein) dapat menyebabkan konstipasi).
-          Pilihan alternatif (obat, dosis, formulasi, dan regimen) → melibatkan pasien, misal : laksatif untuk konstipasi
-          Rencana drug monitoring

·         Menutup pembicaraan
-          Beri kesempatan kepada pasien untuk mempertimbangkan berbagai nformasi dan menanyakan berbagai pertanyaan
-          Ulangin instruksi 2x penting (saat pasien tampak bingung atau saat terjadi hambatan bahasa)
-          Mendorong pasien agar bebas bertanya segala hal atau mendiskusikannya
-          Ulangi dan tekankan poin-poin penting saat konseling
-          Beri informasi tambahan (informasi tertulis) jika dibutuhkan
-          Monitoring kemajuan pasien dan keberhasilan pengobatan
·         Follow-up discussion
  1. When
- Pada tahap awal lakukan konseling dengan pasien ketika pasien menebus resep (seharusnya konseling terjadi dimana pasien pertama kali tebus resep di apotek kita).
- Bila pengambilan obat oleh pihak ketiga → pastikan bahwa info dapat tersampaikan kepada pasien (dapat melalui catatan kecil atau leaflet) → konfirmasi sesudahnya via telepon.
  1. Where
Konseling dilakukan di apotek.
  1. Who
Konseling dilakukan oleh apoteker.

Contoh aplikasi konseling:
  • Who is it for ? untuk siapa obat tersebut
  • What are the symptom ?apa gejalanya
  • How long the symptoms persisted ? berapa lama gejala tersebut muncul
  • Action taken;What medicines have been tried ? tindakan apa yang telah diambil; obat apa yang telah digunakan
  • Medicine for other conditions ? obat-obat yang dikonsumsi untuk pengobatan untuk penyakit lainnya

Contoh :
A         :           Apa keluhan utama yang anda rasakan ?
P          :           Saya menderita diare
A         :           Berapa kali sehari ?
P          :           5 kali sehari
A         :           Apa diare anda disertai darah ?
P          :           Tidak
A         :           Apa ada lendir ?
P          :           Tidak juga
A         :           Sejak kapan anda menderita diare ini ?
P          :           Kemarin siang
A         :           Apa ada keluhan lain ?
P          :           Ada, saya merasa haus dan lemas

Hasil konseling ini mengarah pada diare akut non-spesifik.

3 komentar:

  1. Pa, mohon izin untuk menjadikan tulisan anda sebagai referensi dalam buku ajar saya mengenai komunikasi farmasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silahkan saudari Aqila, semoga dapat membantu. Terimakasih sudah membaca.

      Hapus
  2. izin saya jadikan referensi mengajar saya ya

    BalasHapus